ahlanwasahlan saudari ku

semoga bermanfaat apa yg saia berika,.

Selasa, 05 Juli 2011

KEPERAWATAN TERHADAP KANKER SERVIKS


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN




Kesehatan ibu merupakan salah satu sasaran dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan pada ibu dan wanita pada umumnya adalah kesehatan reproduksi wanita. Perkembangan disegala bidang sebagai dampak dari keberhasilan pembangunan, memberikan berbagai nilai positif bagi perkembangan kesehatan diIndonesia. Namun, dilain pihak dampak pembangunan juga sangat mempengaruhi prilaku masyarakat. Pergeseran norma dan pola hidup mengakibatkan pergeseran prilaku lapisan masyarakat termasuk didalamnya wanita. Perubahan terhadap prilaku sex, kebiasaan konsumsi, pemeliharaan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan memiliki kontribusi terhadap munculnya berbagai penyakit degeneratif maupun infeksi. Salah satu bentuk penyakit ganas yang mengenai wanita adalah kanker serviks (E. Sutarto, 1989 hal 1).

Berdasarkan data yang diperoleh angka kejadian kanker serviks menempati urutan tetinggi dibandingkan kasus keganasan lain pada wanita. Kasus Ca. Serviks merupakan salah satu dari 10 kasus terbanyak yang ditemukan.
sepanjang bulan Januari-Juni 2000. Data ini didukung oleh data epidemiologi dari beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Data dari RSCM Jakarta selama 3 tahun terdapat 2606 kasus kanker, dengan kanker serviks menempati urutan terbanyak ( 24,3 %), (E. Sutarto, 1989). Data dari Rumah-sakit di seluruh Jakarta pada tahun 1977 ditemukan 1.183 kasus dengan kanker cerviks menempati urutan pertama : 21 % ( E. Sutarto, 1989). Dari 13 pusat Patologi Anatomi di Indonesia tahun 1983 menempatkan kanker serviks sebagai kanker terbanyak. Data ini dikuatkan dengan adanya prediksi bahwa wanita usia 50 tahun keatas 3 % mengalami kanker leher rahim (FKKP SPK se Jawa Barat, 1997). Dengan prediksi ini dapat diasumsikan bahwa angka kejadian ca. Serviks akan semakin meningkat dimasa yang akan datang seiring dengan makin meningkatnya umur harapan hidup wanita Indonesia.
Berdasarkan data-data diatas, jelas terlihat bahwa angka kejadian kanker serviks masih merupakan momok bagi semua wanita dan merupakan masalah besar dalam upaya pengembangan kesehatan di Indonesia sehingga penatalaksanaanya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pihak termasuk profesi keperawatan.




1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan kepada ibu dengan Suspek Ca. Serviks
2. Tujuan Instruksional Khusus
Dapat melakukan pengkajian pada ibu dengan suspek Ca. Serviks
Dapat menentukan masalah keperawatan pada ibu dengan suspeks Ca. Serviks.
Dapat menetapkan rencana keperawatan pada ibu dengan suspek Ca. Serviks.
Dapat menerapkan rencana perawatan pada ibu dengan Ca. Serviks.
Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada ibu dengan Ca. Serviks.















BAB II PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksualPenelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinanWanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.


Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.

4. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.


5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

2. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

3. Stadium setengah lanjut  Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

4. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.


1. Perdarahan

Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada
stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.

2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau
porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
 terkena karsinoma tidak berwarna
.3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40
kali.Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan
biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada
skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
 kelainan-kelainan yang jelas.

• Stage 0:Ca.Pre invasive

• Stage I: Ca. Terbatas pada serviks

• Stage Ia ; Disertai invasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis

• Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

• Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding
vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal

• Stage III : Sudah sampai dinding panggul dan sepertiga bagian bawah vagina

• Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

G.    Terapi

1. Irradiasi
• Dapat dipakai untuk semua stadium
• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.


2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

3. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis


4. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal

5. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering
menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
















BAB III PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KANKER SERVIKS


Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari jaringan leher rahim yang normal. Pada kasus keganasn secara obyektif masih belum bisa diketahui secara pasti akibat belum akuratnya data-data penunjang untuk dapat ditegakkanya suatu diagnose kanker serviks. Adanya tanda-tanda keganasan yang diketahui dari hasil Pap smear bukan merupakan tanda pasti dari kanker serviks sehingga penegakan diagnose harus ditunjang dengan hasil biopsi. Kondisi ini dipersulit oleh karena derajat kanker klien masih tahap dini sehingga secara makroskopis penegakkan diagnosenya masih belum akurat. Jika dilihat dari etiologi terjadinya kanker leher rahim, pada kasus ini tidak ditemukan kecurigaan keterlibatan salah satu faktor secara dominan, seperti prilaku seksual klien amupun pasangan, faktor karsinogenik dari lingkungan maupun penyakit yang bisa menjadi predisposisi timbulnya kanker serviks. Penelusuran terhadap keturunan sebagai upaya penemuan faktor genetika, juga tidak mampu dijadikan pedoman faktor yang terlibat dalam terjadinya kanker pada klien. Kebiasaan penggunaan pembersih vagina (Lab. Ilmu Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, 1994), dapat menjadi predisposisi timbulnya vaginitis maupun infeksi jamur lainnya. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa bisa saja kontak dengan pembersih vagina ini menjadi faktor pencetus gangguan keseimbangan asam-basa dalam vagina yang dapat mempermudah timbulnya infeksi intravagina baik oleh bakteri maupun virus yang pada akhirnya dapat menyebabkan iritasi dan tanda-tanda keganasan.


Dari pengkajian yang dilakukan tidak ditemukan faktor dominan yang memicu timbulnya Ca pada klien. Disamping itu tanda-tanda positif Ca sampai saat ini juga belum pasti, mengingat data penunjang yang mendukung belum lengkap yakni berupa pengambilan hasil biopsi.Penegakan diagnose Ca. Serviks berdasarkan atas hasil pemeriksaan Pap smear, hasil pemeriksaan dalam dan Biopsi merupakan standar yang ditetapkan oleh RSUD Dr. Soetomo, sehingga pemeriksaan lain berdarakan teori yang ada tidak perlu dilakukan. Data yang berhasil ditemukan pada pengkajian klien ini secara umum masih berupa data-data psikologis. Hal ini disebabkan oleh karena diagnose yang sesungguhnya belum bisa ditegakkan sampai hasil biopsi selesai dikerjakan. Kondisi ini mengakibatkan ketegangan dan kecemasan untuk menunggu kepastian. Selain itu banyaknya tindakan yang harus dijalani untuk menegakkan diagnose menyebabkan klien makin cemas dan takut. Hal itu menyebabkan dampak psikologis jauh lebih dominan tampak pada klien.
Berdasarkan teori yang ada diagnose keperawatan yang biasanya muncul sebanyak 5 buah. Namun pada kasus ini diagnose yang muncul hanya satu yakni cemas. Hal ini diakibatkan belum adanya tanda-tanda pasti dari Ca Serviks. Dari data yang dikumpulkan baru dicurigai adanya Ca Serviks. Keadaan ini mengakibatkan masih perlunya berbagai tindakan untuk mendapatkan data penunjang dalam menegakkan diagnose, yang mana ketidakpastian diagnose dan berbagai rencana tindakan yang harus dijalani klien berdampak pada psikologis klien sehingga klien menjadi cemas. Ketika kecemasan telah diatasi dan muncul suatu kesiapan untuk mengikuti serangkaian tindakan untuk menegakkan diagnose seperti pemeriksaan Hb dan pengambilan biopsi pada serviks, akan menimbulkan persoalan baru sebagai akibat dari tindakan tersebut. Masalah tersebut memunculkan sejumlah diagnose keperawatan seperti Nyeri, Potensial perdarahan, potensial infeksi sebagai dampak dari tindakan biopsi yang perlu penanganan secara komprehensif, baik ketika habis tindakan di poliklinik maupun setelah pulang kerumah. Sejumlah tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah dampak dari tindakan biopsi yang dilakukan selama di poliklinik maupun di rumah. Sehingga disasmping mengatasi kecemasan, penatalaksanaan klien yang yang terdiagnose suspek Ca. Serviks juga mencakup upaya pencegahan akibat skunder dari tindakan yang telah dilakukan di poliklinik.
C.      Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada tahap awal sebelum dilakukan biopsi berupa tindakan untuk mengatasi cemas akibat dicurigai ca. Serviks dan rangkaian tindakan pemeriksaan penunjang dibuat sesuai dengan teori yang telah ada pada konsep dasar. Sedangkan perencanaan yang dibuat untuk mengatasi masalah keperawatan pasca biopsi meliputi tindakan untuk mengurangi nyeri, mencegah perdarahan dan mencegah infeksi setelah tindakan biopsi dilakukan.
Mengingat waktu yang tersedia dipoliklinik sangat terbatas, pelaksanaan berbagai macam tindakan dilakukan secara komprehensif dalam waktu terbatas secara simultan sehingga alokasi waktunya terlihat sangat global. Sedangkan tindakan untuk mengatasi nyeri, mencegah perdarahan serta infeksi pasca biopsi dilakukan setelah tindakan biopsi dilakukan serta mengikutsertakan klien beserta keluarga secara aktif agar jika pulang klien dan keluarga mampu melakukan asuhan secara mandiri.

Secara umum masalah teratasi sebagian. Hal ini disebabkan karena kontak sangat terbatas dan kesempatan untuk melakukan komunikasi secara interpersonal sangat kurang sehingga kualitas asuhan yang diberikan juga menjadi terbatas. Namun demikian hal itu sudah cukup membantu mengatasi masalah kklien.g pada akhirnya dapat menyebabkan iritasi dan tanda-tanda keganasan.







Kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Kanker serviks enyebabnya tidak jelas namun diduga dipengruhi oleh : prilaku sek, personal higiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan pada klien yang menderita Suspek kanker serviks merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase dan derajat kanker yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien.Diagnose dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan.Asuhan keperawatan yang dilakukan di poliklinik kandungan sangat waktu dan kualitasnya terbatas, sehingga diperlukan suatu teknik pendekatan skala prioritas agar masalah pokok bisa diatasi tanpa melupakan masalah yang lain

Pemberian asuhan keperawatan keperawatan harus memperhatikan sumberdaya dan kesiapan
 mental yang dimiliki oleh klien untuk mencegah timbulnya masalah yang yang tidak diinginkan.Perlu adanya pola pendekatan dengan model asuhan leperawatan yang benar dalam perawatan











                                                        

DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot Company, Pholadelpia.

Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.

Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya

Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

  15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar